Minggu, 11 Oktober 2009

Se’miang’ Kisah Dari Peristiwa Gempa Dahsyat Rabu, 30 September 2009

Sekita pukul 17 Sore itu, hati ini keras sekali ingi ke warnet, keinginan tersebut karena dalam benak ini pengin ngedit blog nggak ada yang lain, berbagai inspirasi muncul dalam pikiran untuk mengubah tampilan blog yang aku buat. Setelah pamitan sama keluarga dirumah, akupun berangkat tanpa motor..nggak tau malas aja pake motor padahal sore itu mendung sekali seperti bakal turun hujan, tapi malas ahh pake motor, cuaca yang mendung ini memang terasa dingin karena nggak pake motor istriku menyarankan untuk make jas, lah iyalah aku pake aja dingiiinnnn.

Jarum jam masih menunjukan pukul 16:55 wib, dengan santai aku berjalan menuju ke studio tapi sebenarnya niatku hanya ke warnet yang ada di samping studio Ca’aik Net, karena ya dekat dengan studio hahaha….perjalanan dari rumah ke studio atau ke Ca’aik Net cukup singkat, rentang waktu 10 menit aku dah nyampe di Ca’aik Net….ups penuh semua computer di lantai satu itu, tapi ada satu yang kosong….sayang berpenyakit pula…nggak seru ahhhh.

Lama duduk didepan computer sakit itu, pegawai Ca’aik yang coeok ntu akhirnya mencoba memperbaikinya, sayang udah tiga kali diperbaiki sangkomputer belum sembuh juga, akhirnya tuh pegawai pasrah dan menyarankan aku untuk menggunakan computer 11 yang ada di lantai 2 warnet itu, aku sempat khawatir sih, ntar kalau gempa gimana kaburnya, so’alnya jalan kelantai 2 itu aja udah sempit hiiiii…tapi nggak apalah dari pada nggak ada kerjaan ya aku naik aja kelantai 2, wuihhh rame, hampir semua computer yang ada dilantai 2 ini aktif, tapi emang cuman satu yang kosong, computer 11.

Duduk nyantai bersila dan mulai aktifkan computer 11, setelah koneksi berjalan aku langsung buka blog…ta..daaaa, mantap blog gue emang yahuud (tapi cuman buat gue lho…karena aku lihat banyak blog para blogger lainnya yang lebih bagus wkwkwkwk…), ada beberapa buah foto dib log itu yang harus aku edit lagi, karena ukurannya terlalu kecil dan kalau diposting tampilannya sangat jelek karena nggak cocok dengan tampilan templat yang aku buat.

Hmmmm ada getaran, aku cuek aja, mungkin getaran kendaraan yang lewat pikirku, tapi belum selesai pikiran itu dalam benakku RhRhRhRhrHrHrHrHRhRhRhRhRhrHrHrHrH……Allahhuakbar..guncangannya semakin kuat….orang-orang disamping dan dibagian belakangku berlarian turun dan keluar…ahhhhhkakiku kesemutan dan sulit untuk berdiri apalagi berlari…tapi aku paksakan dan…..tubuhku diguncang diantara dua dinding…brruk aku jatuh…akhhhhh kakiku yang kesemutan terinjak seorang cewek nggak tau siapa dia sementara getaran itu masih saja kencang…aku berusaha untuk menuruni lantai 2 warnet itu dengan menyebut namaNya.

Saat tiba dianak tangga yang ketiga, guncangan itu mulai berhenti, aku lega dan diluar orang-orang telah berkumpul dijalan menuju Masjid Jembes, ada yang menangis ada yang berteriak dan aku terus keluar tapi aku masih sempat melihat computer operatot di Ca’aik net udah tengkurep…sampai diluar aku juga melihat motor yang tergeletak jatuh karena kuatnya guncangan gempa itu, dengan tertatih-tatih aku keluar yampak sekali kepanikan orang-orang.


Tanpa permisi dan membayar penggunaan warnet, aku terus berjalan perlahan, ingatanku hanya tertuju pada istri dan anak-anakku dirumah saat itu…sepanjang jalan kendaraan motor dan mobil berseliweran mungkin mereka juga panic memmikirkan keluarganya dirumah, masih dengan tertatih-tatih aku coba mengabadikan kepanikan itu…tapi setelah kamera digital ini standby aku tidak kuasa melihat kepanikan ibu-ibu yang ada di depan Toko Panama Bangunan dan kepanikan mereka yang ada di simpang Bioskop Karia.

Banyak yang berteriak ojek….ojek…aku yakin mereka ingin bergegas pulang untuk berkumpul bersama keluarganya, akupun demikian, aku juga berusaha mencari ojek yang mau mengantarkan aku pulang, sulit juga mencarinya karena para tukang ojekpu buru-buru kabur untuk pulang, wal hasil tepat di depan mieso si Amien, ada tukang ojek yang bersedia mengantarku pulang.

Kampuang Manggih pak, ujarku pada tukang ojek tersebut, diapun langsung melarikan motornya, sepanjang jalan kendaraan saling berburu, yang berjalan berlarian, paling tidak hampir tiga kali motor yang kutumpani bertabrakan dengan kendaraan lainnya, tapi Alhamdulillah, aku sampai dirumah, dengan membayar ongkos ojek aku turun dan langsung mendata semua keluargaku, Alhamdulillah semua baik-baik saja demikian juga dengan rumahku dan tetangga lainnya tidak ada yang rusak parah.

Kakiku terkilir setelah jatuh dilantai dua warnet Ca’aik, kupeluk anak-anakku, ku yakini mereka agar kuat, karena jelas sekali terlihat raut kepucatan di wajah anak-anakku, karena sebenarnya mereka masih trauma dengan gempa 7 Maret 2007 lalu, tapi syukur Alhamdulillah setelah gempa Rabu sore itu kami coba untuk menguatkan hati untuk kembali pada kehidupan kami sebelumnya dengan tetap mendekatkan diri padaNya.(Padangpanjang, 01 Oktober 2009)

0 komentar:

Posting Komentar