Selasa, 20 Oktober 2009

Tragedi G30S, Mengenang Kepergian Dhelone

Tragedi Rabu 30 september 2009, mengingatkan kami pada musibah Maret 2007 lalu, gempa berkekuatan 7,6 SR itu membuat derita Dhelone yang harus tinggal ditempat yang tidak mungkin ia bayangkan yang juga menjadi


penyebab kematiannya, karena dinginnya suhu dan kurangnya udara untuk ia bernafas, hanya selang beberapa hari setelah gempa itu, Dhelone menghembuskan nafas terakhirnya, kesedihan mendalam buat kami sekeluarga yang harus kehilangannya untuk selama-lamanya.

Dhelone tinggal bersama kami sudah cukup lama, sejak bayi ia kami pelihara dengan baik sampai ia dewasa, bahkan sampai mengawinkanya dengan pasangan yang kami kira cocok sebagai pendamping hidupnya, sayang harapan kami agar ia dapat hidup bahagia dengan pasangannya dan melahirkan anak-anak yang lucu tidak kesampaian, karena hanya beberapa bulan, kehidupan rumah tangga mereka, pasangannya meninggal karena terserang penyakit, kami berusaha untuk mengobatinya tapi penyakit itu telah menyerang bagian vital tubuhnya.

Tampak sekali kegelisahan Dhelone, sejak kematian pasangannya, ia tampak tak bersemangat dalam mengarungi kehidupan tanpa kehangatan cinta dan kasih sayang, kami berusaha agar ia tetap bersemangat dalam kesendiriannya, berbagai upaya kami lakukan agar ia menerima kenyataan dan tetap optimis dalam kehidupan selanjutnya.

Usaha kami tidak sia-sia, beberapa minggu kemudian, Dhelone mulai berubah, wajah muram berangsur-angsur sirna dengan keceriaannya, entah apa penyebabnya pada satu hari Dhelon begitu riang, makanan yang kami sediakan dalam sekejap habis dimakannya, perubahan itu begitu membuat kami turut bahagia.

Sampai sekitar dua tahun kemudian, tepatnya pada saat terjadinya gempa Maret 2007 itu kebahagiaan kami berubah menjadi kepanikan yang teramat sangat, semua perabotan rumah centang parenang, dinding dapur kami ambruk seambruk-amruknya, rumah tetangga kamipun demikian tidak sedikit yang mengalami kerusakan bahkan seorang anggota polisi dikabarkan tewas tertimpa bangunan rumahnya, tapi syukur alhamdulillah kami sekeluarga selamat.

Meskipun rumah kami tidak mengalami kerusakan, namun Dhelone mengalami trauma yang amat sangat berat, tempatnya hidup dan berlindung rusak berat tidak bisa ditempati lagi, kalaupun harus diperbaiki mengeluarkan biaya yang cukup besar sementara belum tentu kami dapat dana bantuan untuk perbaikannya, akibatnya dengan terpaksa Dhelone harus menempati tempat darurat, ini bukan pilihan tapi ini harus dilakukan.

Dhelone terpaksa menempati tempat baru, beberapa hari ia terlihat masih dalam keadaan trauma, sama halnya dengan kami saat itu, hari keenam ditempat baru ia seperti tidak lagi berdaya, kami tambah panik, tak tahu harus dibawa kemana untuk ia bisa berobat, keesokan harinya Dhelon menghembuskan nafas terakhirnya, kami sekeluarga sangat terpukul, Dhelone meninggalkan kami untuk selama-lamanya, tak tahan kami menahan air mata yang memaksa kami untuk mengeluarkannya dibalik keharuan yang dalam.

Kami telah hidup bersama, banyak kenangan indah yang telah bersama kami lewati, meskipun terkadang kami juga sering bertengkar, apalagi saat memaksannya makan dan kepergiannya telah meninggalkan duka mendalam bagi kami sekeluarga, agar kami dapat mengenangnya, Dhelone kami makamkan diseberang depan rumah, tak ada nisan, namun pohon keladi itu sebagai tanda bagi kami kalau disitu telah beristirahat dengan tenang ikan kesayangan kami Dhelone.

0 komentar:

Posting Komentar